Syair ke 13
Kidung Sendu
Arya, Yoga, dan Swara
“Arya artinya Manusia yang Mulia,
Yoga adalah Keseimbangan,
dan Swara adalah Suara dari Tuhan
yang diperdengarkan kepada Manusia-manusia
agar hidup mereka Mulia
melalui Jalan Keseimbangan yang Kokoh
yang berasal dari
Petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.”
Beginilah Swara itu dilantunkan dalam Wujud Dia yang Maha
Sempurna, sedangkan amat terbatas keadaanku yang berada dalam badan yang lemah
ini:
Bait Pertama
Wahai jiwa bagaimana sampai hal-hal yang rendah
menghinggapi dirimu dan menjerumuskanmu kedalam kehinaan?
Jangan menyerah pada hal yang hina. Tinggalkanlah
kelemahan hati yang remeh temeh dan bangunlah.
Jangan engkau menyesalkan yang tidak patut disesalkan.
Orang bijaksana tidak pernah menyesal melainkan sedia menerima kenyataan
konsekuensi dan kemudian memperbaiki selama kehidupan masih diberikan kepadanya
sesingkat apapun sisa hidupnya.
Bait Kedua
Kalian dulu tidak ada kemudian diciptakan dan hidup,
setelah itu akan kembali tidak ada, pulang kepada Yang Menciptakan.
Semenjak diciptakan jiwa terus menerus mengalami
perpindahan, dari tiada menjadi benih yang berpasangan, kemudian berada dalam
kandungan ibunya, terlahir sebagai bayi, menjalani masa kanak-kanak, remaja,
kemudian menjadi dewasa, tua, dan mati, setelah itu jiwa memasuki kehidupan
yang lain.
Orang yang tenang tidak bingung ketika memasuki alam yang
berlainan.
Suka dan duka muncul
untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan dimulai dan
berakhirnya musim hujan dan kemarau atau siang dan malam.
Hal-hal yang
berkenaan dengan susah dan senang timbul dari penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan badan. Seseorang harus belajar cara menerima hal-hal itu agar tidak
goyah dan terobang-ambing melalui jalan pemahaman jiwa.
Jiwa yang sungguh
ada di dalam dirinya.
Bait Ketiga
Orang yang paling baik diantara manusia tidak goyah
karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan sehingga memenuhi
syarat untuk mencapai pembebasan jiwa.
Orang yang mengetahui kebenaran bisa menarik kesimpulan
bahwa apa yang akan musnah dan yang kekal, keduannya ada dan tidak berubah.
Inilah kesimpulan yang akan diterima setelah mempelajari sifat keduanya.
Hendaknya engkau mengetahui bahwa apa yang ada
dalam badan tidak dapat dimusnahkan sebagaimana badan pun tidak musnah,
melainkan dari tanah ia kembali menjadi tanah, dari unsur pembentuknya kembali
kepadanya.
Maka bila badan pun demikian keadaannya, menjadi jelas
bahwa tidak seorang pun dapat membinasakan jiwa yang ada di dalam badan, dan
jiwa sungguh tidak dapat dimusnahkan.
Sebagaimana semua badan yang hidup dan mati, badan
kembali pada asalnya yaitu dunia materi, maka semua jiwa pun demikian, kembali
kepada esensi Ruh yang satu dan sama.
Jiwa yang tidak dapat dimusnahkan, tidak pula dapat
diciptakan dan diukur oleh manusia dan alam, bersifat kekal mendekati kekekalan
Ruh, memiliki tempat badan jasmani sebagai rumah sementara bagi jiwa yang pada
saatnya akan berakhir ketika ajal memisahkan.
Namun perjalanan jiwa tidak berakhir dengan badan yang
kembali kepada tanah. Ia akan melanjutkan lagi perjalanannya dan menerima
apa-apa yang baik atau buruk sebagaimana perbuatannya selama bersama badan berinteraksi
dengan jiwa-jiwa lainnya yang memiliki esensi Ruh yang sama.
Karena itu, dalam kesadaran akan adanya jiwa, jalanilah
hidup dengan mantap dalam keyakinanmu wahai manusia. Bahwa apa-apa yang
diperbuat selama hidup tidak ada yang tersia-sia, segala sesuatu yang diperbuat
bersama badan tercatat dan pasti akan kembali kepada jiwa sebagai penggerak dan
yang menghidupi badan, setelah perpisahannya dengan badan.
Inilah bakal ajaran yang pertama sebagai petunjuk agar
manusia bisa hidup dan menetapi kedamaian serta kebahagiaan selama hidup di
dunia sehingga kehidupan setelah mati tidak lagi membingungkan.
Kehidupan setelah kematian ibarat cermin kehidupan di
dunia. Bukan nyata atau tidaknya namun kemanfaatannya yang jelas bagi yang
hidup. Sebagaimana kita memandang cermin, yang dibalik cermin tidak nyata,
tetapi manfaat cermin adalah nyata.
Bait Keempat
Orang yang menganggap bahwa sesama makhluk hidup bisa
saling menyakiti belum mengetahui hakikat penciptaan, sebab Ruh tidak menyakiti
dan tidak dapat disakiti.
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi Ruh pada saat
kapanpun. Dia tidak diciptakan pada masa, baik lampau, sekarang, dan yang akan
datang. Dia tidak dilahirkan, ada untuk selamanya dan bersifat
abadi. Dia tidak terbunuh apabila badan dibunuh dan tidak mati ketika badan
menemui ajalnya.
Bagaimana mungkin orang yang mengetahui bahwa Ruh tidak
dapat dimusnahkan, bersifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak pernah berubah
dapat menyakiti seseorang yang adalah dirinya atau menyebabkan seseorang
menyakiti?
Seperti halnya seseorang dalam pakaian baru yang membuang
pakaian lama, begitu pula Ruh memasuki badan-badan jasmani dan menjadi jiwa ketika
berada di dalam badan. Meninggalkan badan-badan lama yang sudah selesai
menjalankan fungsinya sebagai tempat sementara bagi jiwa.
Ruh tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian
oleh alat apapun, tidak terbakar oleh api, terbasahi oleh air, atau bisa
dikeringkan oleh angin.
Ruh yang Esa ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat
dilarutkan, tidak dapat dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya,
berada di segalanya, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan
tetap sama untuk selamanya.
Ruh itu tidak dapat dilihat, disentuh, dan didengar
sehingga Ia tidak dapat dipahami. Mengingat kenyataan itu, hendaknya manusia
jangan menyesal karena hal-hal yang bersifat badani dan materi, serta jangan
pula meninggikannya di atas jiwa, melainkan meletakannya dalam keseimbangan
bersama jiwa, keseimbangan inilah makna dari Yoga.
Kalau pun engkau berpikir bahwa jiwa sebagai turunan dari
Ruh senantiasa dilahirkan dan kemudian mati, engkau masih tidak mempunyai
alasan untuk menyesal karena semua akan kembali dalam bentuk Ruh pada akhirnya.
Karena itu, saksikan oleh kalian semua bahwa neraka tidak
kekal, namun satu masa didalamnya kalian tidak akan tahan. Karena itu berbuat
baiklah dan jangan menjadi sebab jiwamu memasuki neraka yang menyengsarakan.
Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan
sesudah kematian, seseorang akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam
melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari seiring diberikannya
hidup pada badan melalui jiwa, hendaknya engkau jangan menyesal.
Ingatlah, semua ciptaan tidak terwujud pada awalnya,
pertengahan, dan pada waktu dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?
Bait Kelima
Banyak orang memandang Ruh sebagai sesuatu yang
mengherankan, beberapa orang mencoba menguraikannya, dan beberapa orang
mendengar tentang dia, sedangkan orang kebanyakan tidak dapat mengerti sama
sekali tentang Ruh, walaupun mereka sudah mendengar tentang dia.
Wahai Arya, Manusia yang Mulia, dia yang tinggal dalam
jiwa tidak pernah dapat disakiti. Karena itu, pada hakikatnya engkau tidak
perlu bersedih hati untuk makhluk manapun.
Mengingat adanya tugas dan kewajiban kalian selama hidup,
hendaknya kalian mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu
daripada bekerja sehari-hari berdasarkan prinsip-prinsip kebaikan. Karena itu,
engkau tidak perlu ragu-ragu akan hal ini.
Berbahagialah mereka yang mendapatkan kesempatan untuk
bekerja seperti itu. Tanpa mencarinya, pintu-pintu gerbang surga terbuka bagi
mereka.
Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan
kewajibanmu dalam bekerja dan berbuat kebaikan, engkau pasti menerima sesal
akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kebahagiaanmu akan hilang.
Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang
hina, dan bagi orang yang terhormat, penghinaan dan rasa terhina lebih buruk
daripada kematian.
Manusia-manusia sangat menghargai Prinsip, mereka akan
menganggap orang yang melalaikan pekerjaannya dan tidak berbuat baik sebagai
manusia yang gagal, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau biarpun
engkau hidup dalam kekayaan.
Wahai manusia, sebaliknya biarpun engkau hidup miskin
namun memegang prinsip bekerja dan berbuat baik dengan teguh, engkau akan mencapai
gerbang-gerbang surga, engkau akan
berhasil dan menikmati kejayaan yang benar di dunia.
Karena itu, bangunlah dan bekerja dengan semangat dan dalam
ketabahan hati.
Berkerjalah demi pekerjaan saja, sempurnakan apa yang
dilakukan tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau
kalah. Dengan demikian engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa yang
membawamu pada penyesalan.
Inilah cara untuk hidup dalam kehidupan, yaitu bekerja
tanpa mengharapkan hasil atau pahala. Wahai manusia, bila engkau bertindak
dengan pengetahuan seperti ini engkau dapat membebaskan diri dari ikatan
melakukan pekerjaan dalam keterpaksaan.
Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan,
dan biarpun sedikit kemajuan dalam menempuh jalan hidup, akan dapat melindungi
seseorang terhadap rasa takut yang berbahaya bagi
jiwa dan perilaku.
Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan
mantap, dan tujuan mereka satu saja yaitu penyerahan diri. Sementara orang
yang tidak bersabar hati mempunyai banyak cabang dalam pikiran mereka sehingga mereka
bergerak maju dan mundur atau turun dan naik, tidak maju dan naik secara
konstan.
Bait Keenam
Orang yang kurang pengetahuannya sangat terikat pada
kata-kata kiasan dari Kitab Suci, yang dimaknai terlalu literal sehingga seolah-olah
menganjurkan berbagai kegiatan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat
sampai surga.
Mereka yang seperti itu sebetulnya menginginkan kepuasan
badani dan kehidupan yang mewah atau kekuasaan yang digenggamnya, sehingga
mereka mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih tinggi dari
kenikmatan yang tiga itu.
Keyakinan yang mantap untuk ber-bhakti kepada Tuhan Yang
Maha Esa tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terikat pada kenikmatan
badan dan kekayaan materi serta keinginan untuk berkuasa atas manusia lain.
Pendidikan yang berdasarkan kepada logika pemenuhan materi
semata kebanyakan melihat tiga hal saja, yaitu untuk memenuhi kebutuhan badan,
pikiran, dan perasaan. Lampauilah ketiga itu, bebaskan dirimu dari
segala hal yang berubah-ubah dan segala kecemasan untuk meraih
keuntungan dan keselamatan, jadilah mantap dalam diri.
Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil dapat
segera dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan badan,
pikiran dan perasaan dapat segera dipenuhi bagi orang yang belajar tentang
jiwa dan mengetahui prinsip dasar Ruh.
Bait Ketujuh
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah
ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap
dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan punya kebiasaan tidak
melakukan kewajibanmu.
Wahai manusia, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap
seimbang, lepaskanlah segala ikatan terhadap sukses maupun
kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut Yoga.
Wahai Arya, Manusia yang Mulia, jauhilah segala yang
merendahkan melalui bhakti atau pengabdian yang murni dan dengan kesadaran
serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang
pelit, orang yang baik menerima dan mensyukuri apa saja sebagai nikmat. Rela
hati terhadap apa saja yang tidak mengenakan dan tidak didapatkan biarpun sudah
berusaha dengan sungguh-sungguh.
Bait Kedelapan
Orang yang menjalankan bhakti membebaskan dirinya dari
perbuatan yang baik dan buruk dalam kehidupan, karena dia belajar pada
keniscayaan Ruh. Karena itu, belajarlah Yoga, keseimbangan yang adalah dasar
dari ilmu untuk segala pekerjaan.
Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti
itu, mereka yang mulia dan para penganut jalan Ketuhanan membebaskan diri dari
hasil pekerjaannya.
Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran
kelahiran dan kematian yang membingungkan dan mencapai keadaan di luar segala
kesengsaraan dengan kembali dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Bait Kesembilan
Bila kecerdasanmu sudah keluar dari dunia khayalan yang
tidak jelas dan tidak pula nyata, engkau akan bisa tenang dalam Prinsip, tetap
tenang terhadap segala sesuatu yang sudah didengar, yang didengar, dan segala
sesuatu yang akan didengar. Itulah damai.
Bila pikiranmu tidak goyah lagi karena bahasa kiasan
kitab yang dituliskan dan apa-apa yang dikatakan orang, kemudian pikiranmu
mantap dalam gerak penyatuan hubungan dengan Ilahi dalam kesadaran untuk
memahami diri, maka engkau sudah mencapai kesadaran Ruhani.
Bait Kesepuluh
Wahai manusia, bila seseorang sudah meninggalkan segala
jenis keinginan untuk kepuasan badan dan kenikmatan materi serta kekuasaan atas
manusia lain yang muncul dari keinginan badan, pikiran dan perasaannya, dan
bila dirinya sudah disucikan sehingga puas dalam keadaan diri apa adanya,
dikatakan ia sudah berada dalam kesadaran Ruhani yang murni.
Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah
kesusahan dan menghadapinya dengan jiwa Ksatria, tidak gembira berlebih pada
waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan rasa takut dan marah, disebut
manusia yang mantap dalam pikirannya, adalah bagian dari ciri Manusia yang Mulia
atau Arya.
Orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan
buruk yang diperolehnya, dalam artian mensyukuri yang baik dan bersabar
terhadap yang buruk, tidak membanggakan maupun memakinya, sudah mantap
dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.
Orang yang dapat menarik keinginan hawa nafsu dari
obyek-obyek badani, seperti kura-kura yang menarik kaki dan kepalanya ke
dalam cangkangnya, akan berada dalam perlindungan yang kokoh, mantap dengan
teguh dalam kesadaran yang sempurna.
Bait Kesebelas
Bukan menghilangkan, karena keinginan terhadap
obyek-obyek badan, materi, dan penghargaan dari sesama manusia akan tetap ada.
Tetapi bila dibutuhkan ia tahu kapan harus menghentikan gerak keinginannya
sehingga tidak membahayakan bagi kesadaran jiwanya, dengan seperti itu
seseorang akan mengalami rasa yang lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap.
Wahai manusia, tiga keinginan itu, yaitu hasrat badan,
kekayaan materi, dan keagungan di atas sesama manusia memang dibuat teramat
indah dan menarik bagi manusia dan tidak akan kuasa manusia menahannya, pikiran
orang sebijaksana apapun yang berusaha untuk mengendalikanya akan bisa dibawa
lari dengan mudah atau diseret dengan terpaksa.
Hanyalah Tuhan yang bisa menundukan keinginan alamiah
manusia melalui proses yang juga alamiah, inilah maksud dari keniscayaan bahwa
kalian tidak akan berhasil dengan ilmu dan pengetahuan setinggi apapun
melainkan bila diperkenankan olehNya kepadamu melalui proses yang alam berikan
dalam perjalanan kehidupan kalian.
Karena itu, berpusatlah pada penyerahan dirimu pada Tuhan
apa adanya, dan jangan terlalu menyesali kelemahan kalian. Karena manusia
memang diciptakan lemah, agar kalian sadari hanya Tuhan Yang Maha Esa dan Maha
Kuasa yang kuat.
Orang yang memahami ini akan menjadi manusia yang
bijaksana. Ia tidak akan bersikap berlebihan kepada orang yang telah mampu
menundukan keinginannya ataupun kepada mereka yang masih terjengkang karena
kemampuan kontrol dan mawas diri yang lemah.
Maka muliakan orang yang baik, berikan nasehat kepada
yang membutuhkan dan terimalah nasehat, yakinlah kepada Tuhan, dan hukumlah
para pembuat kejahatan dengan bijaksana karena Tuhamu agar mereka menyadari
kesalahannya.
Manusia-manusia yang bisa memusatkan kesadarannya
kepada-Ku sebanyak-banyaknya pada waktu-waktu yang diperlukan, mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
Bait Keduabelas
Ketika seseorang terlalu sering memikirkan obyek-obyek
duniawi, ikatan terhadap obyek-obyek itu berkembang, berkembanglah hawa nafsu
sehingga timbullah amarah dan takut, serta kesusahan dan penderitaan.
Dari amarah dan kesusahan timbullah khayalan yang
lengkap, sehingga menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung maka
kecerdasan akal hilang, dan bila kecerdasan hilang, jatuhlah seseorang ke
dalam lautan penderitaan yang tidak logis. Itulah neraka dalam kehidupan di
dunia.
Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa
suka atau tidak suka serta sanggup mengendalikan keinginan-keinginan melalui
prinsip-prinsip kebebasan yang bertanggung jawab telah memperoleh karunia yang
besar dari Tuhan. Itulah Surga dalam kehidupan di dunia.
Surga dan neraka di dunia adalah penggambaran dari
akhirat yang nyata bagi manusia. Sementara akhirat setelah kematian, adalah
alam yang berbeda. Tentang akhirat sedikit sekali kalian diberikan
pengetahuannya sehingga cukuplah kalian berfokus pada kehidupan yang dijalani.
Bukankah air mani tidak mengetahui dirinya akan jadi seorang manusia?
Bait Ketigabelas
Kesengsaraan dalam kehidupan tidak ada lagi pada orang
yang puas jiwanya seperti itu. Dengan kesadaran yang terpuaskan, kecerdasan
seseorang bertambah dan menjadi mantap dalam waktu singkat untuk siap menjalani
kehidupan.
Orang yang tidak membangun hubungan dengan entitas
Yang Maha Kuasa tidak mungkin memiliki kecerdasan ruhani maupun pikiran yang
mantap seperti itu. Tanpa kecerdasan rohani yang membuat pikiran mantap tidak
mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?
Kebahagiaan dan usaha untuk meraihnya akan menjadi sangat
sulit walaupun bakat kecerdasannya tinggi dan ia akan dikalahkan oleh orang yang
bakat kecerdasannya biasa saja namun menggunakan jalan Ketuhanan Yang Maha Esa
melalui pembangunan kesadaran jiwa dan pemahaman konsep dasar tentang Ruh yang
benar.
Bait Keempatbelas
Seperti perahu yang berada pada permukaan air hendak
berjalan dengan datangnya angin kencang namun tidak bergerak maju karena
tertambat oleh satu saja tali kuat yang mengikatnya kepada pelabuhan,
kebahagiaan dan kebebasan seseorang dapat tertahan oleh satu saja di antara
keinginan yang mengikat dan menjadi titik pusat bagi pikiran.
Karena itu, orang yang terbebas dari dari obyek keinginan
pasti mempunyai kecerdasan yang mantap. Sementara yang terkait oleh keinginan,
biarpun hanya satu, akan sulit untuk terbang landas dari tarikan bumi.
Bait Kelimabelas
Bagi manusia, malam hari adalah waktu yang spesial, bagi
semua makhluk waktu malam sampai menjelang fajar adalah panggilan waktu untuk
mendapatkan kesadaran bagi orang yang mau belajar mengendalikan diri.
Karena siang hari manusia sibuk dengan urusan pekerjaan
dunianya, ketika malam tiba mereka beristirahat. Dalam kondisi kebanyakan
manusia beristirahat, aliran rasa takut dan khawatir menjadi kecil, dan aliran
kesadaran yang damai bangkit membesar.
Bangunlah di waktu malam wahai manusia yang ingin
memperoleh kesadaran akan Tuhanmu. Sedikitkan tidurmu, sesungguhnya karunia
Tuhan banyak diturunkan di waktu malam yang sunyi daripada siang hari yang
panas dan terang benderang.
Bait Keenambelas
Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang
mengalir terus menerus bagaikan sungai-sungai yang alirannya masuk ke dalam
lautan, yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang, akan dapat mencapai
kedamaian. Bukan orang yang berusaha memuaskan keinginan itu dan terjebak dalam
aliran arus sungai-sungai yang dapat mencapai kedamaian.
Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis
keinginan untuk kepuasan yang rendah, yaitu mereka yang hidup bebas dari
keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memiliki sesuatu dan bebas dari
keakuan palsu dapat mencapai kedamaian yang sejati
Itulah cara hidup yang Suci dan Ruhani. Sesudah mencapai
kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibingungkan oleh situasi dan kondisi.
Kalau seseorang mantap seperti itu pada saat kehidupan, ia dapat masuk ke dalam
Kerajaan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar