Kamis, 16 Maret 2017

Syair Ketigabelas Kidung Sendu Arya



Syair ke 13
Kidung Sendu
Arya, Yoga, dan Swara

“Arya artinya Manusia yang Mulia,
Yoga adalah Keseimbangan,
dan Swara adalah Suara dari Tuhan
yang diperdengarkan kepada Manusia-manusia
agar hidup mereka Mulia
melalui Jalan Keseimbangan yang Kokoh
yang berasal dari
Petunjuk Tuhan Yang Maha Esa.”

Beginilah Swara itu dilantunkan dalam Wujud Dia yang Maha Sempurna, sedangkan amat terbatas keadaanku yang berada dalam badan yang lemah ini:
Bait Pertama
Wahai jiwa bagaimana sampai hal-hal yang rendah menghinggapi dirimu dan menjerumuskanmu kedalam kehinaan?
Jangan menyerah pada hal yang hina. Tinggalkanlah kelemahan hati yang remeh temeh dan bangunlah.
Jangan engkau menyesalkan yang tidak patut disesalkan. Orang bijaksana tidak pernah menyesal melainkan sedia menerima kenyataan konsekuensi dan kemudian memperbaiki selama kehidupan masih diberikan kepadanya sesingkat apapun sisa hidupnya.
Bait Kedua
Kalian dulu tidak ada kemudian diciptakan dan hidup, setelah itu akan kembali tidak ada, pulang kepada Yang Menciptakan.
Semenjak diciptakan jiwa terus menerus mengalami perpindahan, dari tiada menjadi benih yang berpasangan, kemudian berada dalam kandungan ibunya, terlahir sebagai bayi, menjalani masa kanak-kanak, remaja, kemudian menjadi dewasa, tua, dan mati, setelah itu jiwa memasuki kehidupan yang lain.
Orang yang tenang tidak bingung ketika memasuki alam yang berlainan.
Suka dan duka muncul untuk sementara dan hilang sesudah beberapa waktu, bagaikan dimulai dan berakhirnya musim hujan dan kemarau atau siang dan malam.
Hal-hal yang berkenaan dengan susah dan senang timbul dari penglihatan, pendengaran, dan sentuhan badan. Seseorang harus belajar cara menerima hal-hal itu agar tidak goyah dan terobang-ambing melalui jalan pemahaman jiwa.
Jiwa yang sungguh ada di dalam dirinya.
Bait Ketiga
Orang yang paling baik diantara manusia tidak goyah karena suka ataupun duka dan mantap dalam kedua keadaan sehingga memenuhi syarat untuk mencapai pembebasan jiwa.
Orang yang mengetahui kebenaran bisa menarik kesimpulan bahwa apa yang akan musnah dan yang kekal, keduannya ada dan tidak berubah. Inilah kesimpulan yang akan diterima setelah mempelajari sifat keduanya.
Hendaknya engkau mengetahui bahwa  apa yang ada dalam badan tidak dapat dimusnahkan sebagaimana badan pun tidak musnah, melainkan dari tanah ia kembali menjadi tanah, dari unsur pembentuknya kembali kepadanya.
Maka bila badan pun demikian keadaannya, menjadi jelas bahwa tidak seorang pun dapat membinasakan jiwa yang ada di dalam badan, dan jiwa sungguh tidak dapat dimusnahkan.
Sebagaimana semua badan yang hidup dan mati, badan kembali pada asalnya yaitu dunia materi, maka semua jiwa pun demikian, kembali kepada esensi Ruh yang satu dan sama.
Jiwa yang tidak dapat dimusnahkan, tidak pula dapat diciptakan dan diukur oleh manusia dan alam, bersifat kekal mendekati kekekalan Ruh, memiliki tempat badan jasmani sebagai rumah sementara bagi jiwa yang pada saatnya akan berakhir ketika ajal memisahkan.
Namun perjalanan jiwa tidak berakhir dengan badan yang kembali kepada tanah. Ia akan melanjutkan lagi perjalanannya dan menerima apa-apa yang baik atau buruk sebagaimana perbuatannya selama bersama badan berinteraksi dengan jiwa-jiwa lainnya yang memiliki esensi Ruh yang sama.
Karena itu, dalam kesadaran akan adanya jiwa, jalanilah hidup dengan mantap dalam keyakinanmu wahai manusia. Bahwa apa-apa yang diperbuat selama hidup tidak ada yang tersia-sia, segala sesuatu yang diperbuat bersama badan tercatat dan pasti akan kembali kepada jiwa sebagai penggerak dan yang menghidupi badan, setelah perpisahannya dengan badan.
Inilah bakal ajaran yang pertama sebagai petunjuk agar manusia bisa hidup dan menetapi kedamaian serta kebahagiaan selama hidup di dunia sehingga kehidupan setelah mati tidak lagi membingungkan.
Kehidupan setelah kematian ibarat cermin kehidupan di dunia. Bukan nyata atau tidaknya namun kemanfaatannya yang jelas bagi yang hidup. Sebagaimana kita memandang cermin, yang dibalik cermin tidak nyata, tetapi manfaat cermin adalah nyata.
Bait Keempat
Orang yang menganggap bahwa sesama makhluk hidup bisa saling menyakiti belum mengetahui hakikat penciptaan, sebab Ruh tidak menyakiti dan tidak dapat disakiti.
Tidak ada kelahiran maupun kematian bagi Ruh pada saat kapanpun. Dia tidak diciptakan pada masa, baik lampau, sekarang, dan yang akan datang. Dia tidak dilahirkan,  ada untuk  selamanya dan bersifat abadi. Dia tidak terbunuh apabila badan dibunuh dan tidak mati ketika badan menemui ajalnya.
Bagaimana mungkin orang yang mengetahui bahwa Ruh tidak dapat dimusnahkan, bersifat kekal, tidak dilahirkan dan tidak pernah berubah dapat menyakiti seseorang yang adalah dirinya atau menyebabkan seseorang menyakiti?
Seperti halnya seseorang dalam pakaian baru yang membuang pakaian lama, begitu pula Ruh memasuki badan-badan jasmani dan menjadi jiwa ketika berada di dalam badan. Meninggalkan badan-badan lama yang sudah selesai menjalankan fungsinya sebagai tempat sementara bagi jiwa.
Ruh tidak pernah dapat dipotong menjadi bagian-bagian oleh alat apapun, tidak terbakar oleh api, terbasahi oleh air, atau bisa dikeringkan oleh angin.
Ruh yang Esa ini tidak dapat dipatahkan dan tidak dapat dilarutkan, tidak dapat dibakar ataupun dikeringkan. Ia hidup untuk selamanya, berada di  segalanya, tidak dapat diubah, tidak dapat dipindahkan dan tetap sama untuk selamanya.
Ruh itu tidak dapat dilihat, disentuh, dan didengar sehingga Ia tidak dapat dipahami. Mengingat kenyataan itu, hendaknya manusia jangan menyesal karena hal-hal yang bersifat badani dan materi, serta jangan pula meninggikannya di atas jiwa, melainkan meletakannya dalam keseimbangan bersama jiwa, keseimbangan inilah makna dari Yoga.
Kalau pun engkau berpikir bahwa jiwa sebagai turunan dari Ruh senantiasa dilahirkan dan kemudian mati, engkau masih tidak mempunyai alasan untuk menyesal karena semua akan kembali dalam bentuk Ruh pada akhirnya.
Karena itu, saksikan oleh kalian semua bahwa neraka tidak kekal, namun satu masa didalamnya kalian tidak akan tahan. Karena itu berbuat baiklah dan jangan menjadi sebab jiwamu memasuki neraka yang menyengsarakan.
Orang yang sudah dilahirkan pasti akan meninggal, dan sesudah kematian, seseorang akan dilahirkan lagi. Karena itu, dalam melaksanakan tugas kewajibanmu yang tidak dapat dihindari seiring diberikannya hidup pada badan melalui jiwa, hendaknya engkau jangan menyesal.
Ingatlah, semua ciptaan tidak terwujud pada awalnya, pertengahan, dan pada waktu dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?
Bait Kelima
Banyak orang memandang Ruh sebagai sesuatu yang mengherankan, beberapa orang mencoba menguraikannya, dan beberapa orang mendengar tentang dia, sedangkan orang kebanyakan tidak dapat mengerti sama sekali tentang Ruh, walaupun mereka sudah mendengar tentang dia.
Wahai Arya, Manusia yang Mulia, dia yang tinggal dalam jiwa tidak pernah dapat disakiti. Karena itu, pada hakikatnya engkau tidak perlu bersedih hati untuk makhluk manapun.
Mengingat adanya tugas dan kewajiban kalian selama hidup, hendaknya kalian mengetahui bahwa tiada kesibukan yang lebih baik untukmu daripada bekerja sehari-hari berdasarkan prinsip-prinsip kebaikan. Karena itu, engkau tidak perlu ragu-ragu akan hal ini.
Berbahagialah mereka yang mendapatkan kesempatan untuk bekerja seperti itu. Tanpa mencarinya, pintu-pintu gerbang surga terbuka bagi mereka.
Akan tetapi, apabila engkau tidak melaksanakan kewajibanmu dalam bekerja dan berbuat kebaikan, engkau pasti menerima sesal akibat melalaikan kewajibanmu, dan dengan demikian kebahagiaanmu akan hilang.
Orang akan selalu membicarakan engkau sebagai orang yang hina, dan bagi orang yang terhormat, penghinaan dan rasa terhina lebih buruk daripada kematian.
Manusia-manusia sangat menghargai Prinsip, mereka akan menganggap orang yang melalaikan pekerjaannya dan tidak berbuat baik sebagai manusia yang gagal, dan dengan demikian mereka akan meremehkan engkau biarpun engkau hidup dalam kekayaan.
Wahai manusia, sebaliknya biarpun engkau hidup miskin namun memegang prinsip bekerja dan berbuat baik dengan teguh, engkau akan mencapai  gerbang-gerbang  surga, engkau akan berhasil dan menikmati kejayaan yang benar di dunia.
Karena itu, bangunlah dan bekerja dengan semangat dan dalam ketabahan hati.
Berkerjalah demi pekerjaan saja, sempurnakan apa yang dilakukan tanpa mempertimbangkan suka atau duka, rugi atau laba, menang atau kalah. Dengan demikian engkau tidak akan pernah dipengaruhi oleh dosa yang membawamu pada penyesalan.
Inilah cara untuk hidup dalam kehidupan, yaitu bekerja tanpa mengharapkan hasil atau pahala. Wahai manusia, bila engkau bertindak dengan pengetahuan seperti ini engkau dapat membebaskan diri dari ikatan melakukan pekerjaan dalam keterpaksaan.
Dalam usaha ini tidak ada kerugian ataupun pengurangan, dan biarpun sedikit kemajuan dalam menempuh jalan hidup, akan dapat melindungi seseorang  terhadap  rasa takut  yang  berbahaya bagi jiwa dan perilaku.
Orang yang menempuh jalan ini bertabah hati dengan mantap,  dan tujuan mereka satu saja yaitu penyerahan diri. Sementara orang yang tidak bersabar hati mempunyai banyak cabang dalam pikiran mereka sehingga mereka bergerak maju dan mundur atau turun dan naik, tidak maju dan naik secara konstan.
Bait Keenam
Orang yang kurang pengetahuannya sangat terikat pada kata-kata kiasan dari Kitab Suci, yang dimaknai terlalu literal sehingga seolah-olah menganjurkan berbagai kegiatan untuk membuahkan pahala agar dapat naik tingkat sampai surga.
Mereka yang seperti itu sebetulnya menginginkan kepuasan badani dan kehidupan yang mewah atau kekuasaan yang digenggamnya, sehingga mereka mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang lebih tinggi dari kenikmatan yang tiga itu.
Keyakinan yang mantap untuk ber-bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah timbul di dalam pikiran orang yang terikat pada kenikmatan badan dan kekayaan materi serta keinginan untuk berkuasa atas manusia lain.
Pendidikan yang berdasarkan kepada logika pemenuhan materi semata kebanyakan melihat tiga hal saja, yaitu untuk memenuhi kebutuhan badan, pikiran, dan perasaan. Lampauilah ketiga itu,   bebaskan dirimu dari segala hal yang berubah-ubah dan  segala kecemasan untuk meraih keuntungan  dan keselamatan, jadilah mantap dalam diri.
Segala tujuan yang dipenuhi oleh sumur kecil  dapat segera dipenuhi oleh sumber air yang besar. Begitu pula, segala tujuan badan, pikiran dan perasaan dapat segera dipenuhi bagi orang yang belajar tentang jiwa dan mengetahui prinsip dasar Ruh.
Bait Ketujuh
Engkau berhak melakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, tetapi engkau tidak berhak atas hasil perbuatan. Jangan menganggap dirimu penyebab hasil kegiatanmu, dan jangan punya kebiasaan tidak  melakukan kewajibanmu.
Wahai manusia, lakukanlah kewajibanmu dengan sikap seimbang,  lepaskanlah segala ikatan  terhadap sukses maupun kegagalan. Sikap seimbang seperti itu disebut Yoga.
Wahai Arya, Manusia yang Mulia, jauhilah segala yang merendahkan melalui bhakti atau pengabdian yang murni dan dengan kesadaran serahkanlah dirimu kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Orang yang ingin menikmati hasil pekerjaannya adalah orang pelit, orang yang baik menerima dan mensyukuri apa saja sebagai nikmat. Rela hati terhadap apa saja yang tidak mengenakan dan tidak didapatkan biarpun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh.
Bait Kedelapan
Orang yang menjalankan bhakti membebaskan dirinya dari perbuatan yang baik dan buruk dalam kehidupan, karena dia belajar pada keniscayaan Ruh. Karena itu, belajarlah Yoga, keseimbangan yang adalah dasar dari ilmu untuk segala pekerjaan.
Dengan menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa seperti itu, mereka yang mulia dan para penganut jalan Ketuhanan membebaskan diri dari hasil pekerjaannya.
Dengan cara demikian mereka dibebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian yang membingungkan dan mencapai keadaan di luar segala kesengsaraan dengan kembali dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bait Kesembilan
Bila kecerdasanmu sudah keluar dari dunia khayalan yang tidak jelas dan tidak pula nyata, engkau akan bisa tenang dalam Prinsip, tetap tenang terhadap segala sesuatu yang sudah didengar, yang didengar, dan segala sesuatu yang akan didengar. Itulah damai.
Bila pikiranmu tidak goyah lagi karena bahasa kiasan kitab yang dituliskan dan apa-apa yang dikatakan orang, kemudian pikiranmu mantap dalam gerak penyatuan hubungan dengan Ilahi dalam kesadaran untuk memahami diri, maka  engkau sudah mencapai kesadaran Ruhani.

Bait Kesepuluh
Wahai manusia, bila seseorang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan badan dan kenikmatan materi serta kekuasaan atas manusia lain yang muncul dari keinginan badan, pikiran dan perasaannya, dan bila dirinya sudah disucikan sehingga puas dalam keadaan diri apa adanya, dikatakan ia sudah berada dalam kesadaran Ruhani yang murni.
Orang yang pikirannya tidak goyah bahkan di tengah-tengah kesusahan dan menghadapinya dengan jiwa Ksatria, tidak gembira berlebih pada waktu ada kebahagiaan, dan bebas dari ikatan rasa takut dan marah, disebut manusia yang mantap dalam pikirannya, adalah bagian dari ciri Manusia yang Mulia atau Arya.
Orang yang tidak dipengaruhi oleh hal yang baik dan buruk  yang diperolehnya, dalam artian mensyukuri yang baik dan bersabar terhadap yang buruk, tidak membanggakan maupun memakinya, sudah mantap dengan teguh dalam pengetahuan yang sempurna.
Orang yang dapat menarik keinginan hawa nafsu dari obyek-obyek badani, seperti  kura-kura yang menarik kaki dan kepalanya ke dalam cangkangnya, akan berada dalam perlindungan yang kokoh, mantap dengan teguh dalam kesadaran yang sempurna.
Bait Kesebelas
Bukan menghilangkan, karena keinginan terhadap obyek-obyek badan, materi, dan penghargaan dari sesama manusia akan tetap ada. Tetapi bila dibutuhkan ia tahu kapan harus menghentikan gerak keinginannya sehingga tidak membahayakan bagi kesadaran jiwanya, dengan seperti itu seseorang akan mengalami rasa yang lebih tinggi, kesadarannya menjadi mantap.
Wahai manusia, tiga keinginan itu, yaitu hasrat badan, kekayaan materi, dan keagungan di atas sesama manusia memang dibuat teramat indah dan menarik bagi manusia dan tidak akan kuasa manusia menahannya, pikiran orang sebijaksana apapun yang berusaha untuk mengendalikanya akan bisa dibawa lari dengan mudah atau diseret dengan terpaksa.
Hanyalah Tuhan yang bisa menundukan keinginan alamiah manusia melalui proses yang juga alamiah, inilah maksud dari keniscayaan bahwa kalian tidak akan berhasil dengan ilmu dan pengetahuan setinggi apapun melainkan bila diperkenankan olehNya kepadamu melalui proses yang alam berikan dalam perjalanan kehidupan kalian.
Karena itu, berpusatlah pada penyerahan dirimu pada Tuhan apa adanya, dan jangan terlalu menyesali kelemahan kalian. Karena manusia memang diciptakan lemah, agar kalian sadari hanya Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang kuat.
Orang yang memahami ini akan menjadi manusia yang bijaksana. Ia tidak akan bersikap berlebihan kepada orang yang telah mampu menundukan keinginannya ataupun kepada mereka yang masih terjengkang karena kemampuan kontrol dan mawas diri yang lemah.
Maka muliakan orang yang baik, berikan nasehat kepada yang membutuhkan dan terimalah nasehat, yakinlah kepada Tuhan, dan hukumlah para pembuat kejahatan dengan bijaksana karena Tuhamu agar mereka menyadari kesalahannya.
Manusia-manusia yang bisa memusatkan kesadarannya kepada-Ku sebanyak-banyaknya pada waktu-waktu yang diperlukan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Bait Keduabelas
Ketika seseorang terlalu sering memikirkan obyek-obyek duniawi, ikatan terhadap obyek-obyek itu berkembang, berkembanglah hawa nafsu sehingga timbullah amarah dan takut, serta kesusahan dan penderitaan.
Dari amarah dan kesusahan timbullah khayalan yang lengkap, sehingga menyebabkan ingatan bingung. Bila ingatan bingung maka kecerdasan akal hilang,  dan bila kecerdasan hilang, jatuhlah seseorang ke dalam lautan penderitaan yang tidak logis. Itulah neraka dalam kehidupan di dunia.
Tetapi orang yang sudah bebas dari segala ikatan dan rasa suka atau tidak suka serta sanggup mengendalikan keinginan-keinginan melalui prinsip-prinsip kebebasan yang bertanggung jawab telah memperoleh karunia yang besar dari Tuhan. Itulah Surga dalam kehidupan di dunia.
Surga dan neraka di dunia adalah penggambaran dari akhirat yang nyata bagi manusia. Sementara akhirat setelah kematian, adalah alam yang berbeda. Tentang akhirat sedikit sekali kalian diberikan pengetahuannya sehingga cukuplah kalian berfokus pada kehidupan yang dijalani. Bukankah air mani tidak mengetahui dirinya akan jadi seorang manusia?
Bait Ketigabelas
Kesengsaraan dalam kehidupan tidak ada lagi pada orang yang puas jiwanya seperti itu. Dengan kesadaran yang terpuaskan, kecerdasan seseorang bertambah dan menjadi mantap dalam waktu singkat untuk siap menjalani kehidupan.
Orang yang tidak membangun hubungan dengan entitas Yang Maha Kuasa tidak mungkin memiliki kecerdasan ruhani maupun pikiran yang mantap seperti itu. Tanpa kecerdasan rohani yang membuat pikiran mantap tidak mungkin ada kedamaian. Tanpa kedamaian, bagaimana mungkin ada kebahagiaan?
Kebahagiaan dan usaha untuk meraihnya akan menjadi sangat sulit walaupun bakat kecerdasannya tinggi dan ia akan dikalahkan oleh orang yang bakat kecerdasannya biasa saja namun menggunakan jalan Ketuhanan Yang Maha Esa melalui pembangunan kesadaran jiwa dan pemahaman konsep dasar tentang Ruh yang benar.
Bait Keempatbelas
Seperti perahu yang berada pada permukaan air hendak berjalan dengan datangnya angin kencang namun tidak bergerak maju karena tertambat oleh satu saja tali kuat yang mengikatnya kepada pelabuhan, kebahagiaan dan kebebasan seseorang dapat tertahan oleh satu saja di antara keinginan yang mengikat dan menjadi titik pusat bagi pikiran.
Karena itu, orang yang terbebas dari dari obyek keinginan pasti mempunyai kecerdasan yang mantap. Sementara yang terkait oleh keinginan, biarpun hanya satu, akan sulit untuk terbang landas dari tarikan bumi.
Bait Kelimabelas
Bagi manusia, malam hari adalah waktu yang spesial, bagi semua makhluk waktu malam sampai menjelang fajar adalah panggilan waktu untuk mendapatkan kesadaran bagi orang yang mau belajar mengendalikan diri.
Karena siang hari manusia sibuk dengan urusan pekerjaan dunianya, ketika malam tiba mereka beristirahat. Dalam kondisi kebanyakan manusia beristirahat, aliran rasa takut dan khawatir menjadi kecil, dan aliran kesadaran yang damai bangkit membesar.
Bangunlah di waktu malam wahai manusia yang ingin memperoleh kesadaran akan Tuhanmu. Sedikitkan tidurmu, sesungguhnya karunia Tuhan banyak diturunkan di waktu malam yang sunyi daripada siang hari yang panas dan terang benderang.
Bait Keenambelas
Hanya orang yang tidak terganggu oleh arus keinginan yang mengalir terus menerus bagaikan sungai-sungai yang alirannya masuk ke dalam lautan, yang senantiasa diisi tetapi selalu tetap tenang, akan dapat mencapai kedamaian. Bukan orang yang berusaha memuaskan keinginan itu dan terjebak dalam aliran arus sungai-sungai yang dapat mencapai kedamaian.
Hanya orang yang sudah meninggalkan segala jenis keinginan untuk kepuasan yang rendah, yaitu mereka yang hidup bebas dari keinginan, sudah meninggalkan segala rasa ingin memiliki sesuatu dan bebas dari keakuan palsu dapat mencapai kedamaian yang sejati
Itulah cara hidup yang Suci dan Ruhani. Sesudah mencapai kehidupan seperti itu, seseorang tidak dibingungkan oleh situasi dan kondisi. Kalau seseorang mantap seperti itu pada saat kehidupan, ia dapat masuk ke dalam Kerajaan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar